Dewa yang terikat pada bumi adalah dewa yang terikat (sita), menghuni (nissita) atau dewa yang ada di bumi (bhummādeva). Para dewa yang ada di bumi (bhummādevā) seperti Āḷavaka, Sātāgira, Hemavata dan lain-lain lahir di istana-istana yang terikat dengan bumi seperti di gunung-gunung dan pohon-pohon. Mereka ini adalah para yakkha yang dihormati dan dimuliakan oleh sebagian manusia di bumi melalui persembahan-persembahan religius (bali). Mereka yang sakti (mahiddika) dikelilingi oleh pengiring (pārisajja).
Sedangkan yang dimaksud sebagai asura yang telah jatuh adalah dewa yang telah mengalami kejatuhan (vinipāta) dari akumulasi kebahagiaan (sukhasamussaya). Dewa jenis ini juga sering disebut sebagai asura yang celaka karena telah jatuh ke kualitas kehidupan yang kurang menguntungkan dibandingkan kehidupannya sebelumnya. Mereka memiliki bentuk tubuh yang jelek (virūpa); hidup di tempat-tempat yang sepi (vivittaṭṭhāna) di dekat desa (gāṃasamīpa) atau bahkan di dalam desa (antogāma) dan menopang kehidupannya dengan mencari makanan, nasi, kue, makanan yang enak-enak, ikan, daging dan lain-lain (bhattasitthapūvakhajjamacchamaṃsādīni) yang dicampakkan oleh penduduk desa. Apabila tidak mendapatkan makanan, mereka bisa mengganggu anak-anak yang sedang sakit atau mengganggu dan menakut-nakuti manusia dewasa. Tidak semua asura jenis ini berasal dari individu tanpa-akar; beberapa dari mereka adalah individu dua dan bahkan tiga akar.
Sumber: Ashin Kheminda, Manual Abhidhamma Bab V, DBS, Jakarta, 2018 hlm.43 - 44. *Buku-buku terbitan DBS dibagikan gratis dan bisa dipesan di sini: bit.ly/DBSbook