Tentang Keserakahan (Lobha)

Administrator icons | Noun Project 2019-03-24 14-10-43.png
Dhammavihari
28 Mar 2019

Keserakahan adalah faktor-mental yang menginginkan, mendambakan atau merindukan objek. Keserakahanlah yang membuat kita tergila-gila (sārāga) pada saṃsāra. Keserakahan adalah penanggung-jawab utama atas terjadinya pelekatan batin pada objeknya.

Karakteristik dari keserakahan diibaratkan seperti plester monyet (makkaṭālepo). Di masa lalu, para pemburu monyet membuat perangkap dengan menggunakan perekat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan alami. Dia kemudian mengurapi buah-buahan kesukaan monyet dengan perekat tersebut dengan diberi warna-warna tertentu untuk menambah daya tarik dan kemudian meletakkannya di tempat yang biasa dikunjungi oleh monyet.

Saat seekor monyet melihat buah yang berwarna-warni maka timbullah keinginan untuk mengambil dan memakannya. Dia kemudian mengambil buah tersebut dengan tangan kanannya. Akibatnya tangan kanan monyet melekat pada buah tersebut! Didorong oleh nafsu untuk menikmati buah tersebut, kemudian dia berusaha untuk mengambilnya dengan tangan kiri, tetapi yang terjadi adalah tangan kirinya ikut lengket di perangkap tersebut! Selanjutnya dia berusaha untuk mengambil buah dengan kaki kanannya, alhasil kaki kanannya pun lengket di buah tersebut! Nafsunya yang sangat besar untuk memakan buah membuat dia terus berusaha untuk mengambilnya. Kali ini dengan menggunakan kaki kirinya, dan kaki kirinya pun juga lengket pada buah tersebut! Upaya terakhir, dia menjulurkan lidahnya untuk menikmati buah tersebut.

Akibatnya sudah bisa diduga, lidah dan bahkan mulut monyet tersebut pun akhirnya ikut lengket ke buah yang diidam-idamkannya! Setelah kelima bagian tubuhnya lengket dan tidak bisa lepas maka pemburu pun datang untuk menangkapnya. Si monyet pun kemudian menderita untuk selama-lamanya.

Demikianlah, betapa tragisnya makhluk yang terjebak pada nafsu keserakahannya. Mereka tidak sadar bahwa harga yang harus dibayar untuk kenikmatan yang dikejar sangatlah mahal. Kelima anggota tubuh monyet yang melekat pada buah adalah perumpamaan untuk pancaindra kita yang melekati objeknya masing-masing. Kita sering tertipu oleh janji manis yang ditawarkan oleh faktor-mental keserakahan.

Faktor-mental ini seolah-olah meyakinkan kita bahwa kita akan bahagia selama-lamanya apabila bisa mendapatkan objek pancaindra yang menarik dan menyenangkan. Tetapi tentu saja kita tahu bahwa janji-janji tersebut adalah janji palsu karena ternyata kebahagiaan yang kita dapatkan bersifat sementara. Lebih daripada itu, keserakahan adalah kamma buruk yang bisa mempunyai kekuatan untuk memunculkan kelahiran di empat alam rendah. Walaupun hal seperti ini sudah dipahami tetapi manusia tidak pernah belajar dari pengalaman masa lalunya. Mereka senantiasa mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, yaitu terjebak ke dalam perangkap monyet yang sama!

Sumber: Ashin Kheminda, Manual Abhidhamma Bab II, DBS, Jakarta. Hlm.88 - 89. Buku-buku terbitan DBS dibagikan gratis dan bisa dipesan di sini: bit.ly/DBSbook Judul di atas adalah tambahan dari Ashin Kheminda

Posting Serupa