Kamma: Bukan Kata Lain dari Fatalisme atau Takdir

01 Oct 2018

No.3/I/Okt/2018

Fatalisme adalah paham yang menganggap segala sesuatu yang terjadi sudah ditentukan terlebih dahulu oleh satu kekuatan yang tidak diketahui. Ajaran ini menekankan pada satu sikap untuk menyerahkan kehidupan ini kepada nasib. Menurut ajaran ini, manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan sesuatu untuk mengubah nasib. Ajaran seperti ini ditolak oleh Buddhisme. Sebaliknya, Buddhisme mengajarkan bahwa kehidupan ada di tangan kita. Kita adalah arsitek yang merancang bangunan kehidupan kita. Indah atau buruk bangunan tersebut semuanya disebabkan oleh terampil atau tidaknya kita mengelola kehidupan ini.

Hukum kamma adalah hukum moral universal, artinya berlaku untuk siapa saja. Hukum ini bekerja secara independen, bebas dari campur tangan siapa pun. Dia seperti hukum gravitasi yang bekerja secara independen, tidak mengenal teman seagama maupun tidak dia tidak pilih kasih. Jika Anda berbuat jahat, kalau harus berbuah maka tidak ada kekuatan apa pun yang bisa menghalangi buah dari perbuatan Anda.

Teori kamma menolak campur tangan makhluk super atau adidaya yang menghukum dan menganugerahi manusia. Tentu saja hal ini benar-benar merupakan satu revolusi. Paling tidak sebelum kemunculan Buddha pun sudah terjadi revolusi seperti itu; bahwa ternyata tidak ada makhluk apa pun yang menganugerahi kita kebahagiaan dan menghukum kita dengan penderitaan.

Teori kamma memanusiakan manusia dalam arti bahwa kehidupan ada di tangan Anda, tidak di tangan orang maupun makhluk lain. Kita adalah pencipta dari kebahagiaan dan penderitaan kita sendiri. Pemahaman ini juga mengandung arti bahwa setiap hari atau setiap detik kita mempunyai kesempatan untuk mengubah kualitas hidup. Poin ini penting sekali. Oleh karena itu, apabila saat ini Anda belum bahagia maka sesungguhnya Anda mempunyai hak untuk menjadi bahagia dan oleh karena itu ubahlah kehidupan Anda! Jangan menunggu nasib baik datang. Ciptakan nasib baik tersebut!

Sumber: Ashin Kheminda, Buku Kamma: Pusaran Kelahiran dan Kematian Tanpa Awal, Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2018. Hlm. 39-46