No.43/III/Okt/2019
321) Seperti halnya dengan seorang laki-laki yang telah turun ke sungai, aliran airnya besar dengan arus yang deras; dia terseret mengikuti arus, bagaimana dia bisa menolong orang lain untuk menyeberang?
Jadi, guru yang bodoh, yang masih terseret arus tidak akan bisa membantu muridnya menyeberang ke pantai seberang. Sungguh merupakan perumpamaan yang sangat bagus.
Salleka Sutta merekam kalimat Buddha kepada Cunda yang mengandung pesan yang sama seperti apa yang telah dijelaskan di atas:
Cunda, sangatlah mustahil seseorang yang dirinya sendiri tenggelam ke dalam lumpur (palipapalipana) akan mengangkat orang lain yang tenggelam di dalam lumpur... sangatlah mustahil, Cunda, seseorang yang dirinya sendiri tidak terkendali (adanta), tidak terlatih (avinīta), tidak tenang-damai (aparinibbutta) akan menjinakkan, melatih dan membuat orang lain menjadi tenang dan damai.
Dijelaskan bahwa seseorang yang sudah tenggelam ke dalam lumpur (palipapalipanno) di sini dimaksudkan untuk seseorang yang tenggelam ke dalam lumpur yang sangat dalam (gambhīrakaddame nimuggo). Sedangkan lumpur (palipa), di sini, adalah perumpamaan untuk lima-jalinan-indriawi (pañcakāmaguṇa). Sedangkan tenggelam (palipanna) adalah perumpamaan untuk puthujjana yang bodoh (bālaputhujjana) yang tenggelam di lima-jalinan-indriawi. Jadi, seseorang yang sudah tenggelam sangat dalam hingga ke ujung hidung tidak akan mungkin bisa mengangkat orang lain dengan memegang kepala atau tangannya. Demikianlah guru yang bodoh yang tidak akan bisa menolong muridnya untuk keluar dari saṃsāra.
Sumber: Kheminda A. Buku Kompilasi Ceramah tentang SUTTANTA,
Jakarta: Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2019. Hlm 166-167.