Sukhī hontu,
Sungguh beruntung saya masih mempunyai buah kamma baik yang mempertemukan saya dengan seorang kalyāṇamitta yang menginformasikan tentang kelas Abhidhamma perdana di DBS dan itulah awal pertama kali saya mengenal DBS. Sebelumnya saya tidak bisa membayangkan seperti apa itu Abhidhamma, hanya bermodalkan rasa penasaran saja karena sering mendengar bahwa Abhidhamma itu rumit dan sepertinya keren juga jika bisa menguasai pengetahuan Dhamma yang sulit ini, maka saya memutuskan untuk hadir di kelas ini.
Di dalam setiap pertemuan, saya selalu menemukan sesuatu yang baru dan menarik. Satu semester berlalu untuk satu bab. Lega rasanya bisa bertahan mengikuti satu semester walaupun tidaklah seratus persen mengerti dan menguasai. Motivasi dari Ashin Kheminda dengan cerita 500 kelelawar membuat saya tidak malu akan kekurangan diri yang lambat menangkap pelajaran dan juga meningkatkan saddhā serta viriya untuk belajar.
Manfaat yang saya rasakan dari belajar Abhidhamma secara langsung dan tidak langsung adalah menjadi lebih bisa menerima keadaan diri, mulai bisa menganalisis fenomena yang terjadi di dalam batin dan menjadi lebih bersabar dan toleransi terhadap kondisi lawan bicara. Saya menjadi lebih berhati-hati dengan bentuk-bentuk pikiran sendiri, apalagi terhadap perbuatan dan tindak-tanduk. Rasa malu (hiri) dan takut berbuat jahat (ottapa) menjadi semacam peringatan dan tolok ukur dalam batin untuk setiap perbuatan yang akan dilakukan.
Semoga kelas Abhidhamma di DBS bertahan dan menjadi panutan berkembangnya serta bertahannya sāsana di kehidupan ini dan seterusnya.
Buddhasāsanaṃ Ciraṃ Tiṭṭhatu!
Sādhu…sādhu…sādhu.